Monday, February 27, 2006

Realita Cinta dan Rock ‘n Roll


BERANI menghadirkan KETERBUKAAN



Nugi dan Ipang adalah wakil generasi muda saat ini. Generasi yang sedang mencari jati diri dan butuh kasih sayang, di sela realitas kehidupan yang tidak selalu manis. Dua pemuda ini bersahabat dan terlihat bandel. Mereka bosan dengan rutinitas sekolah dan mencintai musik rock & roll sebagai jiwa mereka.

Nugi berlatar belakang keluarga yang unik. Ia tinggal dengan ibunya, tanpa tahu jelas ayahnya. Sampai suatu realita membelalakkan matanya. Bayangan seorang ayah yang asyik, keren, bisa diajak melakukan hal-hal yang biasa dilakukan lelaki, menjadi sirna. Nugi harus berani melihat ayhnya sebagai seorang waria. Kekalutan hati dan pemberontakan menguasai diri. Ipang, sahabat Nugi pun harus belajar menerima kenyataan, kalau dirinya hanya anak adopsi.

Penuturan cerita di film ini begitu natural, tanpa terlalu berbumbu dramatis dan teatrikal. Pembawaan akting Herjunot Ali dan Vino G. Bastian sebagai pemeran utama tampak dekat sekali dengan kahidupan sekitar. Karakter-karakter seperti ini mudah ditemui di sela-sela kesibukan Metropolitan. Seharusnya kisah Nugi dan Ipang dapat menjadi pelajaran bagi para orangtua dan anak. Keterbukaan dan komunikasi yang baik harusnya hadir di tengah keluarga. Jika seorang anak merasa nyaman dan diterima di lingkungan terkecilnya (KELUARGA) maka hal itu akan tercermin dengan sikapnya pada lingkungan sekitar. Sebuah sikap berani menerima kenyataan, rela mengasihi dan menyayangi meski harus menelan kepahitan dan hubungan persahabatan kuat yang berani marah untuk menegur, sangat kental serta menjadi kekuatan cerita film ini.

Kritik untuk film ini ; sebaiknya adegan merokok oleh kedua tokoh utama dapat dikurangi. Menurut saya, penggambaran kebandelan Nugi dan Ipang sudah cukup. Ada banyak adegan sebenarnya tidak penting disertai adegan merokok, ternyata dilakukan. Sehingga sedikit mengganggu keindahan gambar. Berikutnya tokoh Ayah Nugi yang melakukan transeksual pun kurang jelas. Kehadirannya sebagai pelengkap mengundang pertanyaan : Sebenarnya apa alasan dia berani meninggalkan keluarga dan menjadi waria? Hal ini dapat menimbulkan prasangka negatif di benak penonton. Tentu pula merusak keapikan jalinan cerita yang sudah ada. Namun semuanya itu meman harus menjadi pelajaran agar karya-karya berikutnya dapat memberikan pesan moral yang jelas terutama bagi generasi muda yang sedang mencari identitas diri.

Akhirnya acungan jempol patut saya berikan pada seluruh kru dan pemain. Menurut saya, REALITA CINTA DAN ROCK ‘N ROLL ini layak masuk jajaran nominasi film terbaik tahun ini, karena keberaniannya mengangkat sebuah realitas kehidupan para muda.

Maju terus perfilman Indonesia !

Masih Ada Yang Muda (ternyata)...

Beberapa waktu yang lalu aku mengunjungi sepupuku yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Dia masih SD kelas 6 namun karena kamar rawat inap bagian anak-anak penuh, maka ia dirawat di kamar yang berisi orang-orang dewasa dan orang tua.

Pertama kali datang aku agak kaget. Hal ini disebabkan keadaan Rumah Sakit lebih ramai dari biasanya. Seperti kubilang tadi, hari-hari ini banyak orang yang dirawat di Rumah Sakit. Pasien dan pengunjung bertumpah menjadi satu. Sampai suatu saat aku ingin ke toilet, kata pamanku, di dekat kamar ini ada toilet untuk pasien tapi tak apa jika aku pakai. Kemudian aku menuju toilet yang ditunjukkan.

Ketika aku melihat dua suster perawat, aku memutuskan untuk bertanya di manakah toilet untuk umum lalu aku ditunjukkan pada satu jalan. Aku langsung menghampiri toilet yang dimaksud tersebut. Tidak aku duga ternyata, perjalanan menuju toilet itu aku banyak berpapasan dengan para perawat Rumah Sakit. Sebagian ada yang berkelompok mengobrol, sebagian lain sibuk mengerjakan sesuatu sementara yang lainnya berdiskusi tentang kondisi pasien. Sesaat aku memperhatikan wajah mereka satu per satu ; sama sekali belum ada guratan di wajah mereka. Ya. Para perawat itu adalah wanita-wanita muda yang masih energik dan penuh semangat. Mereka bekerja dengan senyum dan keramahan. Di dalam benakku, aku berdecak, ternyata masih ada ya, pemudi-pemudi yang masih mau peduli. Mereka mengorbankan waktu untuk menjadi perawat dan mencurahkan kasih sayang pada sesama. Hal itu semata-mata bukan karena profesi saja. Kupikir ini lebih kepada satu komitmen yang ada di setiap hati perawat-perawat muda itu. Di tengah dunia yang mengedepankan “ego” ternyata masih ada orang-orang muda yang masih peduli kepada sesama mereka. Bukan hanya itu, mereka dapat merealisasikan cinta mereka itu pada sesama (secara nyata).

Aku yang masih 21 tahun ini hanya hanya menunduk dan bertanya,
“Bagaimana aku dapat merealisasikan cintaku pada sesama ?”
Mungkin engkau juga sama denganku?
Jangan diam saja, segera lakukan disertai dengan komitmenmu.

Monday, February 20, 2006

fiuh....

HARI ini aku bertengkar dengan sahabatku (LAGI! Setelah berminggu-minggu DAMAI-damai saja...) Tapi, sekarang sudah selesai. Kami saling berdiskusi dan menyamakan persepsi. Masalahnya hanya SATU : Perbedaan karakter. Namun bukan berarti tidak bisa bersama, kan? Secara pemikiran tentang beberapa hal, kami sama. tetapi tentang prinsip dan karakter, jauh berbeda,... Namun aku berusaha mengerti dan mengerti.. Aku yakin, sahabatku juga melakukan hal yang sama. Semua orang butuh belajar, kan? Meski kami sudah kenal sejak kecil dan menjadi sahabat kurang lebih enam tahun terakhir, tetapi kami (aku, terutama- setidaknya buat diriku) butuh belajar mengerti. Justru inilah kebangganku... Aku mempunyai sahabat yang BERANI menegurku, bahkan membentakku (meskipun aku tidak senang, jika ia melakukan di depan beberapa orang... he,.he..).. karena seorang sahabat harus berani melakukan itu agar agar ada perubahan yang lebih baik.

Ada hal yang lucu. Kami bertengkar sebelum pergi ke tempat ibadah... namun ternyata pemimpin ibadah berkutbah tentang mengasihi sahabat, berani menegur sahabat... Skenario Sang KHALIK memang TOP banget.. Aku merasa tertegur dan makin mengasihi sahabatku. Aku TIDAK BOLEH marah, jika sahabatku menegur. Sebab aku harus tahu, kalau ia pasti menegur dengan kasih (meskipun ada bumbu jengkelnya... he,he...)

Yah,... sekarang AKU BELAJAR BANYAK (MAKIN belajar), sebuah hubungan persahabatana memang harus selalu begitu.. Kuncinya satu : Hadirkan Sang Khalik dalam persahabatan itu, dan kau akan mengerti serta belajar banyak hal yang POSITIF.

Damai bersamammu....





(thank you, brotha 777 SN)

Friday, February 03, 2006





(31 Januari 2006, 00:58 wib)


Hari ini aku pergi ke dokter. Sudah lama Papa memintaku untuk kontrol, karena tekanan darahku yang beberapa kali mencapai 140. Mulannya agak takut juga. Bukan apa-apa. Kupikir ruang gerakku untuk beraktifitas akan jadi tidak bebas lagi. Pasti diminta beristirahat. Namun di depan perawat rumah sakit, tekanan darahku hanya 120. normal. Dokter malah menganalisa aku kurang darah, kurang zat besi lantaran keluhan pusingku. Aku bernapas lega. Aku bersama Papa Mamaku dan aku merasa nyaman.

Hari ini pula aku ke rumah kakekku. Ah, mencoba menjadi cucu yang baik. Kakekku sudah sebulan sakit stroke. Hari ini aku ingin merawatnya, melayaninya dan melakukan hal-hal yang dia minta. Tadi sore aku membasuhnya dengan air bersama tanteku. Kalau orang sehat, namanya : mandi sore. Aku memberi minyak kayu putih dan menaburi bedak di punggungnya. Entah kenapa aku merasa bahagia sekali ketika melakukan itu.

Jam 9 malam pun tadi aku mengantarnya kontrol ke dokter bersama Papa Mama dan kedua om-ku. Sekali lagi ada perasaan bahagia kembali. Tidak hanya bisa melayaninya, tetapi aku menikmati bercengkerama bersama adik-adik Papaku itu. Aku tidak dianggap lagi anak kecil, tetapi seorang pria. Aku melakukan banyak hal dengan keluargaku hari ini dan aku sangat menikmatinya.

Bagaimana dengan anda?
Sudah terlalu banyakkah waktu dengan keluarga?
Mereka menganggap anda berharga, lho...

Thursday, February 02, 2006



-bagian 2-


(29 Januari 2006)




Aku menangis dan mengalami ketakutan. Kukirimkan pesan pendek kepada seorang sahabat yang sudah kuanggap sebagai kakak perempuanku, bahwa aku ingin mengakhiri hidupku.... bukannya malah mencegahku dan membesarkan hatiku, ia malah menantangku dan memberi pertanyaan besar (sebenarnya aku pun tahu jawabannya). Hatiku terlalu keras untuk menjawabnya bahkan.

Apa benar Sang Khalik tidak mencintai aku ?

Aku telah melakukan kesalahan. Beban berat hidupku yang menghimpit seharusnya dapat kuselesaikan dengan BERANI menghadapinya. Sang Khalik cinta aku. Seharusnya aku meraih uluran TanganNya untuk menghadapi semua beban hidupku.

Pesan singkat kembali kukirimkan pada seorang sahabat lainnya. Ia pun mengingatkan kalau aku TIDAK SENDIRI. Sang Khalik betapa menyayangi aku dan sanggup mengambil semua penatku dalam hidup. BELIAU terlampau mencintai aku. Semua usahaku mengakhiri hidup bukan jalan yang terbaik.

Kini aku tahu, jalan terbaik buatku adalah ikut jalan Sang Pencipta. Pencipta yang telah memberi banyak pelajaran dalam hidupku tidak penah meninggalkan aku. BELIAU bukan Pencipta yang jauh, tapi Pencipta yang dekat. Engkau pun dapat merasakannya, kawan. Ketika jantungmu berdetak dan nadimu berdenyut, itu berarti BELIAU ada untukmu. Beban hidup menghimpit hidupmu? Kau hanya perlu lakukan ini ; Diam dan katakan pada Sang Khalik, engkau mau berserah. BELIAU akan lakukan bagianNya.


-bagian 1-


(29 Januari 2006)




Aku sedang duduk di salah satu bangku rumah ibadah. Kali ini aku datang jauh lebih pagi. Iringan lagu “Above All” membawa teduh suasana hatiku. Layangku menerawang menembus altar. Sebuah tempat pemimpin ibadahku nanti bertutur. Semua akan mendengarkannya, karena ia akan bertutur tentang Sang Khalik. Akupun masih duduk tenang menuliskan ini. Sejak tadi malam, aku ingin melakukannya. Kukira ini saat yang tepat.

Ehm,...
Aku pernah beberapa kali ingin bunuh diri pada tahun lalu. Jangan heran ! Mungkin beberapa orang mengenal aku orang yang ceria, selalu meramaikan suasana dan tidak pernah punya bebean hidup (SEPERTINYA). Namun tahun lalu itu merupakan proses hidupku yang paling mencapai klimaks.

Satu kali di pertengahan tahun :
Aku bertumbuh secara spiritual, tapi ternyata aku malah jatuh secara manusiawi. Aku berusaha bangkit... selalu begitu. Kala itu adalah titik akhirku. Temperamenku yang cenderung melankolik, membawa hanya pada sisi negatifnya saja. Kesensitifanku menjadi sangat meledak-ledak. Beban hidupku yang teramat berat buatku (waktu itu) membuat aku menjadi tidak percaya pada sekitarku. Sahabat-sahabat yang mengasihiku, aku anggap menjauhiku. Semua keadaan itu menghancurkanku. Aku putus asa dan kehilangan kendali. Konsep spiritualku sejenak hilang dan terhempas jauuh... konsep bahwa aku ini dicintai Sang Khalik, konsep bahwa aku ini berharga, konsep bahwa aku ini sahabat Sang Khalik, sirna semua.

Aku terlalu fokus pada diriku, mengasihani diriku dan menganggap aku ini manusia paling sengsara, paling penuh kesalahan dan kekhilafan memenuhi sekujur tubuh. Hal inilah yang membuat aku menjadi pengecut ! Aku takut menghadapi masa depan terutama diriku.
Jadi apalagi ? aku berlari ke dapur dan hendak menyayat tanganku bahkan menusukkannya di tubuhku.

Sekali lagi, aku pengecut !
Aku masih ketakutan.
Menghadapi hidup takut. Mengakhiri hidup malah takut. Aku harus bagaimana? Aku mengerang-erang kesakitan dalam kamarku. Kubentur-benturkan kepala ini melawan tembok. Aku menarik-narik rambutku dan napasku tersengal-sengal. Depresi luar biasa melandaku kala itu.