Thursday, February 02, 2006



-bagian 1-


(29 Januari 2006)




Aku sedang duduk di salah satu bangku rumah ibadah. Kali ini aku datang jauh lebih pagi. Iringan lagu “Above All” membawa teduh suasana hatiku. Layangku menerawang menembus altar. Sebuah tempat pemimpin ibadahku nanti bertutur. Semua akan mendengarkannya, karena ia akan bertutur tentang Sang Khalik. Akupun masih duduk tenang menuliskan ini. Sejak tadi malam, aku ingin melakukannya. Kukira ini saat yang tepat.

Ehm,...
Aku pernah beberapa kali ingin bunuh diri pada tahun lalu. Jangan heran ! Mungkin beberapa orang mengenal aku orang yang ceria, selalu meramaikan suasana dan tidak pernah punya bebean hidup (SEPERTINYA). Namun tahun lalu itu merupakan proses hidupku yang paling mencapai klimaks.

Satu kali di pertengahan tahun :
Aku bertumbuh secara spiritual, tapi ternyata aku malah jatuh secara manusiawi. Aku berusaha bangkit... selalu begitu. Kala itu adalah titik akhirku. Temperamenku yang cenderung melankolik, membawa hanya pada sisi negatifnya saja. Kesensitifanku menjadi sangat meledak-ledak. Beban hidupku yang teramat berat buatku (waktu itu) membuat aku menjadi tidak percaya pada sekitarku. Sahabat-sahabat yang mengasihiku, aku anggap menjauhiku. Semua keadaan itu menghancurkanku. Aku putus asa dan kehilangan kendali. Konsep spiritualku sejenak hilang dan terhempas jauuh... konsep bahwa aku ini dicintai Sang Khalik, konsep bahwa aku ini berharga, konsep bahwa aku ini sahabat Sang Khalik, sirna semua.

Aku terlalu fokus pada diriku, mengasihani diriku dan menganggap aku ini manusia paling sengsara, paling penuh kesalahan dan kekhilafan memenuhi sekujur tubuh. Hal inilah yang membuat aku menjadi pengecut ! Aku takut menghadapi masa depan terutama diriku.
Jadi apalagi ? aku berlari ke dapur dan hendak menyayat tanganku bahkan menusukkannya di tubuhku.

Sekali lagi, aku pengecut !
Aku masih ketakutan.
Menghadapi hidup takut. Mengakhiri hidup malah takut. Aku harus bagaimana? Aku mengerang-erang kesakitan dalam kamarku. Kubentur-benturkan kepala ini melawan tembok. Aku menarik-narik rambutku dan napasku tersengal-sengal. Depresi luar biasa melandaku kala itu.

No comments: