Saturday, April 02, 2005

namanya:pesona cantika

Suara jengkerik mengiringku menghabiskan malam. Degup-degup jantung tidak pernah berhenti menghiasi tabir hatiku. Oh! Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan diriku?! Sama sekali tidak aku duga! Jika sebuah rasa aneh masuk dalam mahligai kepekaan dalam diriku. Aku ingin berlari, aku ingin menghempas sepi. Aku ingin berbaring, bahkan ku ingin terbang tinggiiiii…. dan jauh.
Perasaan ini terus membakar sisi kalbu. Sementara binar-binar matanya terus bersinar meneruskan keceriaan yang terpancar dari wajahnya. Senyum yang kurasa hangat menjadikan aku selalu mengingatnya. Ya! Bayangan tentang dirinya terus bersinar dan berkelebat di mataku.
Aku tidak bisa melupakan dirinya.
Benarkah kalau aku mencintainya?
Memang aku tidak lama mengenalnya namun mengapa bayangannya itu tidak bisa aku lepaskan? Aku benar-benar memimpikan dan memikirkannya di saat pertama aku memulai hari.
Namanya Pesona. Pesona Cantika. Aku menyebutnya demikian. Aku tidak benar-benar mengenalnya. Meski begitu rasa penasaran terus mencuri perhatian. Bilakah aku dapat mengenal Pesona lebih dekat?
Ingin aku memberinya luang waktu dan rasa untuk masuk dalam mahligaiku. Kuberi bunga merah untuk aku persembahkan di hadapannya. Biarlah ia nikmati keharuman bunga yang memang terpancar dari kecintaanku. Kuukirkan nama Pesona Cantika dalam jantung dan semua nadiku. Semua karena kesejatian dan kedalaman cintaku kepada wanita pujaan.
Pesona Cantika. Ia benar-benar melelehkan ujung-ujung keperkasaanku. Ia menghangatkan sekujur tubuhku yang telah suam-suam kuku. Biarlah kunyalakan semilyar lilin-lilin kecil penuh warna di hadapannya. Itulah tanda romansa kelembutan, sisi lain dari diriku.
Aku benar-benar tak bisa melepaskan pikiranku tentang dirinya. Ia punya sejuta kata untuk mengungkap sukma. Namun tanpa itupun aku telah benar-benar dibuatnya tergolek karena rasa cintaku.
Sekali lagi: Aku belum mengenalnya! Bilakah itu?
Ya. Benarlah jika keinginan itu terus meluap-luap bagai waterfall yang tak pernah menghentikan air segarnya untuk jatuh dari tinggi-tinggi bebatuan untuk menjatuhkan air suci itu ke sungai. Ia deras mengalir. Ia terus mengalir. Supaya makhluk terus memanfaatkan kesegaran air itu sampai masuk ke sukma karena sucinya. Demikian cinta yang terus mengalir dari sukmaku, deras kuungkapkan ke dalam bait-bait puisi yang terungkap dalam kecintaanku yang begitu dalam.
Nyala apiku memang masih kecil. Meski begitu aku terus menjaganya supaya ia tidak redup apalagi padam. Api ini tentu tidak terlalu besar. Tetapi biru-merahnya terus memberi warna dalam kehangataan.
Cintaku pada Pesona Cantika memang terdalam.
Bilakah aku dan dia memadu cinta?
Aku yakin akan tiba waktuku. Kuimpikan, kupikirkan dan kunantikan….

No comments: